Minggu, 26 November 2017

Upacara Hari Guru Nasional dan Ulang Tahun PGRI ke-72




Sabtu,  25 November 2017 telah dilaksanakan upacara Hari Guru Nasional dan Ulang Tahun PGRI ke-72. Protokol membacakan nama-nama petugas upacara dan susunan upacara dengan tema "Membangun kesadaran kolektif guru untuk menuju pendidikan karakter Madrasah”. Guru merupakan orang tua kedua dalam pembentukan karakter anak. Untuk itu madrasah sebagai lembaga kedua setelah keluarga diharapkan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berkarakter. Hal ini sesuai dengan amanat pembina upacara yang disampaikan oleh Bapak Drs. Masduki, M.Pd.I bahwa “manusia membutuhkan guru sesuai dengan sejarah para nabi yaitu nabi Adam as. Nabi adam as dapat mengetahui segala apa yang ada di bumi ini juga karena guru. Untuk itu manusia yang ingin sukses harus dekat dengan guru (mu’allim), patuh dengan guru, taat kepada guru dan menghormati guru”.

Guru adalah digugu dan ditiru di zaman modern ini juga menjadi tantangan yang berat bagi para guru karena segala tingkah laku diamati oleh para siswanya. Karena itu guru harus bersikap bijaksana di dalam mengambil sikap dan bertingkah laku. Pendidikan karakter yang ideal adalah sesuai dengan Nabi Muhammad SAW yaitu melalui uswatun hasanah atau contoh yang baik.

Sedangkan Ki Hajar Dewantara menerapkan pendidikan yang humanis yaitu memanusiakan manusia yang berbudaya dan berkembang secara kognitif (daya cipta), afektif (daya rasa), dan konatif ( daya karsa). Dengan kata lain prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah “to educate the headthe heartand the hand”. Selain dari itu dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara juga dikatakan bahwa guru hendaknya mempunyai ketauladan lebih dahulu, baru sebagai fasilitator dalam mengajar. Hal ini dapat kita mengerti dari arti nama Hajar Dewantara yang mempunyai arti guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, dan keutamaan.

Berikut semboyan yang sangat bengitu melekat di benak kita masing-masing adalah “Ing ngarsa sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. Apabila hakikat dari semboyan ini benar-benar di implementasikan dengan baik dan benar oleh diri kita, maka akan memberikan dampak positif bagi diri kita sendiri dan generasi bangsa yang akan datang.

Ing ngarso Sung Tulodo, ketika di depan memberi teladan. Hakikat dari semboyan yang pertama ini mengajak kepada guru, bahwa guru harus mampu memberikan contoh yang baik dan benar bagi siswanya, baik sikap, perbuatan maupun pola pikirnya. Apalagi seorang guru dalam kurikulum 2013 juga dituntut untuk membentuk siswa yang salah satu kompetensi intinya dapat Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Oleh karena itu, apabila guru memberikan teladan yang baik dan benar, maka perilaku siswa akan menjadi baik juga, bahkan mereka bisa jadi lebih baik dari pada kita. Dengan kata lain, seorang guru merupakan public figure yang akan dijadikan panutan siswanya, maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.

ng Madyo Mangun Karso, ketika di tengah memberikan semangat. Hakikat dari semboyan yang kedua ini mengajak kepada para guru, bahwa para guru haruslah berada di antara siswanya, dengan kata lain guru juga sebagai teman bagi siswanya. Dengan demikian, para guru dengan leluasa membimbing dan memberikan inspirasi kepada anak didiknya.  Sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka.
Tut Wuri Handayani, ketika di belakang memberikan daya kekuatan. Hakikat dari semboyan yang ketiga ini mengajak kepada para guru untuk selalu memberikan arahan yang baik dan benar dalam kemajuan belajar siswanya. Oleh karena itu para guru dapat memotivasi anak didiknya untuk lebih giat dalam belajar. Dengan demikian, mereka merasa selalu diperhatikan dan selalu mendapat pikiran-pikiran positif dari diri gurunya. Sehingga mereka selalu memandang ke depan dan tidak terpaku pada kondisinya saat ini.

Ketiga semboyan ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, seorang guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai pada siswanya. Dalam hal ini guru tidak hanya begitu saja mendorong dan mengarahkan siswanya untuk mengikuti nilai-nilai tersebut, tetapi guru juga harus memberikan contoh bagaimana nilai-nilai tersebut tertanam di dalam dirinya. Selain memberi contoh, guru juga harus mengarahkan nilai-nilai tersebut di tengah-tengah siswa dan memberi motivasi mereka untuk bertindak agar sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Ada satu semboyan lagi yang sangat melekat pada diri kita, yaitu Asih, Asah dan Asuh. Asih adalah mengasihi anak secara psikis agar terbentuk karakter atau jiwa yang saling menyayangi terhadap sesama. Asah adalah menajamkan intelektual atau pola pikir anak agar menjadi manusia yang cerdas dan pintar secara intelektual. Asuh adalah pemeliharaan anak secara fisik agar sehat dan kuat jasmaninya.

Kun ‘aliman au muta’alliman au mihibban walamtakun khomisan” yang artinya jadilah orang yg alim, atau jadilah orang yang suka mencari ilmu atau jadilah engkau orang yang suka mendengarkan ilmu dan atau jadilah engkau orang yang suka mencintai ilmu, dan janganlah engkau menjadi yang ke 5, maka engkau akan hancur.

Petugas upacara:
1. Pengatur upacara: Siti Rodiyah, S.Pd
2. Protokol: Istihana, S.Pd
3. Komandan: Drs. Nur Aziz, M.Pd.I
4. Pembina: Drs. Masduki, M.Pd.I
5. Pembawa Teks Pancasila: Filia Fridawati, S.Pd
6. Pembaca UUD 1945: Wiwik Kusmardiana, S.Pd
7. Pembaca Ikrar PGRI: Drs. Suparli, M.Pd
8. Pembaca Doa: Drs. Amin Mundir, M.Pd.I
9. Pengibar Bendera: Redi Hari Dwi, S.Pd, Sekianto, M.Ag., Ahmad Rokib, S.H.I
10. Komandan Pleton: Aris Hajar, S.Pd. M.Pd.I., Agus Prayitno, S.Pd., Siti Artilah, S.Ag., Ririn Rimawati, S.Pd., Rudana Mushaffaa, S.Pd
11. Paduan Suara: TIM Paduan suara MTsN Langkapan
12. Pembaca Teks Puisi: Amiroh Nubaila Hanum


Berikut dokumentasinya. 

Bapak Drs. Nur Aziz, M.Pd.I Sebagai komandan upacara
Bapak Agus Prayitno, S.Pd sebagai komandan pleton
Bapak 
Ibu Siti Artilah, S.Ag sebagai komandan pleton
Ibu Ririn Rimawati, S.Pd sebagai komandan pleton
Petugas pengibar bendera sedang melakukan hormat bendera sang merah putih
Ibu Wiwik Kusmardiana, S.Pd membaca teks UUD 1945
Bapak Drs. SUparli, M.Pd membaca teks Ikrar PGRI
Amiroh Nubaila Hanum membacakan puisi tentang guru
Bapak Drs. Masduki, M.Pd.I menerima bunga dari siswa sebagai pemberian simbolis penghormatan terhadap guru
Bapak Drs. Amin Mundir, M.Pd.I membaca doa penutupan upacara
TIM Paduan suara MTsN Langkapan
Kebersamaan Bapak Ibu Guru MTsN Langkapan setelah selesai upacara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGUMUMAN SOSIALISASI MATSAMA (MASA TA'ARUF SISWA MADRASAH) MTsN 3 BLITAR TAHUN 2023

Penting! Assalamualaikum Wr. Wb. Mohon kehadiran seluruh peserta didik baru MTsN 3 Blitar  pada, Hari, tanggal : Selasa, 04 Juli 2023 Waktu ...