Sabtu, 25 November 2017 telah dilaksanakan upacara Hari Guru Nasional dan Ulang Tahun PGRI ke-72. Protokol membacakan nama-nama petugas upacara dan susunan upacara dengan tema "Membangun kesadaran kolektif guru untuk menuju pendidikan karakter Madrasah”. Guru merupakan orang tua kedua dalam pembentukan karakter anak. Untuk itu madrasah sebagai lembaga kedua setelah keluarga diharapkan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berkarakter. Hal ini sesuai dengan amanat pembina upacara yang disampaikan oleh Bapak Drs. Masduki, M.Pd.I bahwa “manusia membutuhkan guru sesuai dengan sejarah para nabi yaitu nabi Adam as. Nabi adam as dapat mengetahui segala apa yang ada di bumi ini juga karena guru. Untuk itu manusia yang ingin sukses harus dekat dengan guru (mu’allim), patuh dengan guru, taat kepada guru dan menghormati guru”.
Guru
adalah digugu dan ditiru di zaman modern ini juga menjadi tantangan yang berat
bagi para guru karena segala tingkah laku diamati oleh para siswanya. Karena itu
guru harus bersikap bijaksana di dalam mengambil sikap dan bertingkah laku. Pendidikan
karakter yang ideal adalah sesuai dengan Nabi Muhammad SAW yaitu melalui uswatun hasanah atau contoh yang baik.
Sedangkan
Ki Hajar Dewantara menerapkan pendidikan
yang humanis yaitu memanusiakan manusia yang berbudaya dan berkembang secara
kognitif (daya cipta), afektif (daya rasa), dan konatif ( daya karsa). Dengan
kata lain prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah “to educate the head, the heart, and the hand”. Selain dari itu dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara juga
dikatakan bahwa guru hendaknya mempunyai ketauladan lebih dahulu, baru sebagai
fasilitator dalam mengajar. Hal ini dapat kita mengerti dari arti nama Hajar Dewantara
yang mempunyai arti guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, dan keutamaan.
Berikut semboyan yang sangat bengitu melekat di benak kita
masing-masing adalah “Ing
ngarsa sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”.
Apabila hakikat dari semboyan ini benar-benar di implementasikan dengan baik
dan benar oleh diri kita, maka akan memberikan dampak positif bagi diri kita
sendiri dan generasi bangsa yang akan datang.
Ing
ngarso Sung Tulodo, ketika di depan memberi teladan. Hakikat dari
semboyan yang pertama ini mengajak kepada guru, bahwa guru harus mampu
memberikan contoh yang baik dan benar bagi siswanya, baik sikap, perbuatan
maupun pola pikirnya. Apalagi seorang guru dalam kurikulum 2013 juga dituntut
untuk membentuk siswa yang salah satu kompetensi intinya dapat Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Oleh
karena itu, apabila guru memberikan teladan yang baik dan benar, maka perilaku
siswa akan menjadi baik juga, bahkan mereka bisa jadi lebih baik dari pada
kita. Dengan kata lain, seorang guru merupakan public figure yang akan
dijadikan panutan siswanya, maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.
ng
Madyo Mangun Karso, ketika di tengah memberikan semangat. Hakikat
dari semboyan yang kedua ini mengajak kepada para guru, bahwa para guru
haruslah berada di antara siswanya, dengan kata lain guru juga sebagai teman
bagi siswanya. Dengan demikian, para guru dengan leluasa membimbing dan
memberikan inspirasi kepada anak didiknya. Sehingga tercipta suasana
belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka.
Tut
Wuri Handayani, ketika di belakang memberikan daya kekuatan.
Hakikat dari semboyan yang ketiga ini mengajak kepada para guru untuk selalu
memberikan arahan yang baik dan benar dalam kemajuan belajar siswanya. Oleh
karena itu para guru dapat memotivasi anak didiknya untuk lebih giat dalam
belajar. Dengan demikian, mereka merasa selalu diperhatikan dan selalu mendapat
pikiran-pikiran positif dari diri gurunya. Sehingga mereka selalu memandang ke
depan dan tidak terpaku pada kondisinya saat ini.
Ketiga
semboyan ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, seorang
guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai pada siswanya. Dalam
hal ini guru tidak hanya begitu saja mendorong dan mengarahkan siswanya untuk
mengikuti nilai-nilai tersebut, tetapi guru juga harus memberikan contoh
bagaimana nilai-nilai tersebut tertanam di dalam dirinya. Selain memberi
contoh, guru juga harus mengarahkan nilai-nilai tersebut di tengah-tengah siswa
dan memberi motivasi mereka untuk bertindak agar sesuai dengan nilai-nilai
tersebut.
Ada
satu semboyan lagi yang sangat melekat pada diri kita, yaitu Asih, Asah dan Asuh. Asih
adalah mengasihi anak secara psikis agar terbentuk karakter atau jiwa yang
saling menyayangi terhadap sesama. Asah adalah menajamkan intelektual atau pola
pikir anak agar menjadi manusia yang cerdas dan pintar secara intelektual. Asuh
adalah pemeliharaan anak secara fisik agar sehat dan kuat jasmaninya.
“Kun ‘aliman au
muta’alliman au mihibban walamtakun khomisan” yang artinya jadilah orang yg
alim, atau jadilah orang yang suka mencari ilmu atau jadilah engkau orang yang
suka mendengarkan ilmu dan atau jadilah engkau orang yang suka mencintai ilmu,
dan janganlah engkau menjadi yang ke 5, maka engkau akan hancur.
Petugas
upacara:
1.
Pengatur upacara: Siti Rodiyah, S.Pd
2.
Protokol: Istihana, S.Pd
3.
Komandan: Drs. Nur Aziz, M.Pd.I
4.
Pembina: Drs. Masduki, M.Pd.I
5.
Pembawa Teks Pancasila: Filia Fridawati, S.Pd
6.
Pembaca UUD 1945: Wiwik Kusmardiana, S.Pd
7.
Pembaca Ikrar PGRI: Drs. Suparli, M.Pd
8.
Pembaca Doa: Drs. Amin Mundir, M.Pd.I
9.
Pengibar Bendera: Redi Hari Dwi, S.Pd, Sekianto, M.Ag., Ahmad Rokib, S.H.I
10.
Komandan Pleton: Aris Hajar, S.Pd. M.Pd.I., Agus Prayitno, S.Pd., Siti Artilah,
S.Ag., Ririn Rimawati, S.Pd., Rudana Mushaffaa, S.Pd
11.
Paduan Suara: TIM Paduan suara MTsN Langkapan
12.
Pembaca Teks Puisi: Amiroh Nubaila Hanum
Berikut
dokumentasinya.
Bapak Drs. Nur Aziz, M.Pd.I Sebagai komandan upacara
|
Bapak Agus Prayitno, S.Pd sebagai komandan pleton
| Ibu Siti Artilah, S.Ag sebagai komandan pleton |
Petugas pengibar bendera sedang melakukan hormat bendera sang merah putih
|
Ibu Wiwik Kusmardiana, S.Pd membaca teks UUD 1945
|
Bapak Drs. SUparli, M.Pd membaca teks Ikrar PGRI
|
Amiroh Nubaila Hanum membacakan puisi tentang guru
|
Bapak Drs. Masduki, M.Pd.I menerima bunga dari siswa sebagai pemberian simbolis penghormatan terhadap guru
|
Bapak Drs. Amin Mundir, M.Pd.I membaca doa penutupan upacara
|
TIM Paduan suara MTsN Langkapan
|
Kebersamaan Bapak Ibu Guru MTsN Langkapan setelah selesai upacara
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar